Teks Artikel
Oleh: Dwiki Ayu Pramudya
Finansial atau pengelolaan uang merupakan suatu topik yang akan
selalu menarik dibahas dari berbagai sudut pandang. Pelaku ekonomi, pengusaha
atau pebisnis utamanya, menjadi tokoh utama dalam perjuangan untuk meningkatkan
fase demi fase. Jika menilik pada tahun 1998, Indonesia mengalami kondisi sulit
ekonomi yang menyejarah. Sri Mulyani, Menteri Keuangan, mengatakan bagaimana
kondisi terjadinya peristiwa yang banyak dikenal dengan istilah krisis moneter
pada tahun 1997-1998 silam. Saat itu, penyebab utamanya adalah kebijakan
makroekonomi yang keliru diterapkan oleh negara-negara ASEAN. Ketika itu
Indonesia benar – benar dalam situasi yang luar biasa berat, ekonomi lumpuh,
dan banyak perusahaan yang tutup berakibat banyaknya pengangguran. Pada Juni
1997, Indonesia terlihat jauh dari krisis. Tidak seperti Thailand, Indonesia
memiliki inflasi yang cukup rendah, surplus perdagangan melebihi dari US$900
juta, cadangan devisa yang juga besar, lebih dari US$20 miliar, serta perbankan
yang baik. Namun, kala itu banyak perusahaan di Indonesia yang meminjam dalam
bentuk dolar AS.
Nyatanya, pada zaman yang serba canggih seperti saat ini sangat
banyak inovasi yang mendukung penuh penggebrakan ekonomi masyarakat. Era
digital menjadi faktor utama yang memberikan kontribusi elite dalam sektor
ekonomi, yakni berupa produk – produk e-money.
Hal inilah yang seharusnya menjadi suatu kebanggaan tersendiri dan menjadi
pacuan semangat untuk meningkatkan kembali apa yang sudah tersedia. Dengan
adanya faktor pendukung, maka akan memudahkan perkembangan dunia perekonomian
masyarakat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwasanya setiap hal tentu
menyuguhkan dampak yang selalu mengiringi, baik itu dampak positif maupun
dampak negatif.
Sebagai satu contoh, salah satu pegiat ekonomi ialah dunia industri
rumahan atau yang kerap disebut homemade.
Meski terkesan sederhana dan terbilang kecil, namun tetap optimis memiliki
peluang yang banyak serta mampu bersaing. Para pelaku industri homemade menekuni pekerjaan dengan
sangat telaten. Mulai dari awal
pembentukan usaha hingga berani bersaing di pasar besar yang disuplai dari
pabrik besar. Tidak larut dalam dilema laku tidaknya, mereka menambahkan banyak
inovasi – inovasi yang akan memikat hati konsumen. Dengan cara inilah pekerja homemade memiliki optimis akan mampu
berkembang.
Sangkar burung atau kurungan
-dalam Bahasa Jawa- menjadi trending topik di Gresik Selatan. Desa Karang Asem
Kecamatan Balongpanggang, dinobatkan menjadi pegiat rumah industri yang besar.
Mereka memproduksi berbagai macam sangkar burung dengan pemasaran mandiri.
Kegiatan produksi ini dilakukan di masing – masing rumah warga. Hampir setiap
rumah menjadi bos kurungan. Namun,
masih ada beberapa warga yang belum mampu membuat lapak sendiri sehingga masih
bergantung dengan warga yang telah memiliki lapak besar. Pembuatan sangkar
burung ini memakan waktu hampir 2 hari persatu bentuk sangkar burung.
Pembuatannya pun bisa berdasar keinginan atau request dari konsumen. Pemasaranpun menyebar ke berbagai daerah ,
salah satunya di Kota Pahlawan. Surabaya di nilai memiliki peminat yang tinggi.
Untuk satu buah sangkar burung dengan ukuran standar ditaksir seharga 120 – 200
ribu rupiah, sudah termasuk dengan bahan – bahan yang berkualitas. Pemasaran
dilakukan secara offline, yakni dengan mengantar kepada konsumen atau
toko yang disuplai. Dengan mengikuti perkembangan zaman, pegiat ekonomi rumahan
ini juga mengadakan pemasaran secara online, yakni dengan memposting
produk dibeberapa lapak online. Hal ini tentu menjadi salah satu
strategi marketing yang bertaraf modern guna menarik minat konsumen di berbagai
daerah.
Dewasa ini, konteks ekonomi menjadi salah satu hal yang memang
perlu perubahan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, baik itu pengusaha
rumahan maupun pengusaha besar. Berbagai cara, yang saat ini sampai pada era
digital, akan terus dikembangkan guna mendukung pergerakan ekonomi menjadi yang
baik lagi. Dengan ini, diharapkan berbagai pihak sadar dan bijak dalam
finansial diberbagai situasi. Belajar dari sejarah krisis moneter, kondisi
pandemi saat ini juga menjadi sebuah evaluasi yang perlu dipertimbangkan dan
ditilik lebih lanjut mengenai perkembangan ekonomi. Hal ini akan menjadi
penyemangat terendiri bagi pelaku ekonomi, khususnya industri rumahan untuk
terus mengemangkan berbagai inovasi, baik itu dalam produk maupun dalam
strategi pemasaran. Optimis mampu bersaing sehat akan memberikan dampak yang
positif untuk terus maju dan berkembang di sektor dunia perindustrian.
Ref: https://tirto.id/krisis-moneter-1997-1998-adalah-periode-terkelam-ekonomi-indonesia-f6YV
Komentar
Posting Komentar